Skip to main content

4 Hal yang akan Membawakan Kebahagian Dunia dan Akhirat

Ada 4 Hal yang akan membawakan kebahagian dunia dan akhirat. Kutipan ini di ambil dari pernyataan ustadz Gozali. Empat hal tersebut adalah:
1. Apabila di uji kesenangan  maka bersyukur.
Tidak ada yang lebih berbahagia melainkan selalu mengucap syukur. Allah tidak hanya memberikan ujian dalam bentuk kesusahan, justru ujian yang paling berat adalah ketika diberi ujian kesenangan. Ujian kesenangan terkadang orang tidak sadar jika sesungguhnya nikmat yang diberikan kepadanya adalah sebuah ujian keimanan. Maka tidak ada alasan lagi bagi seorang yang telah dibarikan banyak kesenangan kemudian dia tidak melakukan syukur. Setidaknya ada 3 hal bentuk sukur, diantaranya adalah di ucapkan dengan lisan, di lakukan dengan perbuatan, dan di tanamkan dalam hati.
2. Apabila di uji kesusahan maka bersabar.
Sebuah hal yang lumrah bagi manusia yang di beri ujian kemudian bersedih hatinya. Akan tetapi Allah dan Rasulnya tidak pernah mengajarkan hambanya larut dalam kesedihan. Allah memberi cobaan dengan tujuan agar Allah ingin mengetahui kadar keimanan hambanya, agar Allah ingin menaikkan derajat iman yang lebih tinggi, agar Allah membersihkan hatinya dari dosa dan penyakit hati.
3. Apabila disakiti maka maafkan.
Salah satu karakter orang yang hebat adalah yang mempu menahan amarah, bukan orang yang pandai bergulat. Berikut itu adalah pernyataan Rasulullah yang mengajarkan kepada kita. Maksud orang yang hebat disini adalah ketika mempu ingin membalas maka dia lebih memilih memaafkan. Mungkin kita masih ingat dulu ketika Rasulullah dikepung oleh pasukan  dari Khalid bin Walid dan di pukuli sampai giginya ingin tanggal. Kemudian malaikat datang dan menawarkan gunung uhud untuk di jatuhkan kepada mereka, tapi kemudian Rasulullah melarangnya. Begitulah akhlak Rasulullah yang perlu kita contoh.
4. Apabila menyakiti orang maka minta maaflah.
Sebuah keharusan dari tindakan orang yang beriman yang ketika sadar itu salah maka haruslah meminta maaf. Membiasakan bersalaman dengan seorang muslim ketika berjumpa dan berpisah juga merupakan sikap seorang muslim yang saling mengokohkan silaturahmi.

Itulah sedikitnya beberapa komponen-komponen yang perlu kita realiasikan dalam kehidupan sehari-hari agar membawa dalam kebahagiaan dunia dan akhirat. Wallahu a'lam

Comments

Popular posts from this blog

Kajian Eksekutif Yukngaji (KEY) | 13 September 2015

Setelah sukses menyelenggarakan event Talkshow Inspiratif, komunitas #YukNgaji kembali mengadakan event bertajuk Kajian Eksekutif Yukngaji (KEY). Kajian Eksekutif Yukngaji (KEY) adalah program lanjutan dari komunitas #YukNgaji untuk membahas topik keIslaman secara komprehensif dengan penyampaian yang menarik bersama narasumber kompeten. KEY Jogja Ahad, 13 Septermber 2015 | 08.00-11.30 di Ruang Seminar Perpustakaan UGM Lt. 2 Registrasi Acara : sms/wa daftar_nama_key_jogja ke 089671810791 Note: Kajian Eksekutif Yukngaji (KEY) ini bisa diselenggarakan secara GRATIS karena amal kebaikan yang akan terus mengalir dari para donatur #YukNgaji. Jika anda ingin berpartisipasi, silahkan sampaikan infak terbaik anda ke rekening panitia BSM cabang Bogor no. rek 7034047426 an. Husain Assa'di atau bisa juga disampaikan langsung pada panitia saat acara berlangsung.

HUKUM BERBURUK SANGKA DAN MENCARI-CARI KESALAHAN

*HUKUM BERBURUK SANGKA DAN MENCARI-CARI KESALAHAN* Oleh: Syaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr Allah Ta’ala berfirman. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-car kesalahan orang lain” [Al-Hujurat : 12] Dalam ayat ini terkandung perintah untuk menjauhi kebanyakan berprasangka, karena sebagian tindakan berprasangka ada yang merupakan perbuatan dosa. Dalam ayat ini juga terdapat larangan berbuat tajassus. Tajassus ialah mencari-cari kesalahan-kesalahan atau kejelekan-kejelekan orang lain, yang biasanya merupakan efek dari prasangka yang buruk. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُ

Puisi terakhir WS Rendra

Puisi terakhir WS Rendra*                                  Hidup itu seperti *UAP*,  yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !!  Ketika Orang memuji *MILIKKU*, aku berkata bahwa ini *HANYA TITIPAN* saja. Bahwa mobilku adalah titipan-NYA, Bahwa rumahku adalah titipan-NYA, Bahwa hartaku adalah titipan-NYA, Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA ... Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya, *MENGAPA DIA* menitipkannya kepadaku? *UNTUK APA DIA* menitipkan semuanya kepadaku. Dan kalau bukan milikku,  apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-NYA ini? Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-NYA? Malahan ketika diminta kembali, _kusebut itu_ *MUSIBAH,* _kusebut itu_ *UJIAN*, _kusebut itu_ *PETAKA*, _kusebut itu apa saja ..._ Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah *DERITA*.... Ketika aku berdo'a,  kuminta titipan yang cocok dengan *KEBUTUHAN DUNIAWI*, _Aku ingin lebih banyak_ *HARTA*, _Aku ingin lebih banyak_ *MOBIL*, _Aku ingin lebih banyak_ *RUMA